Wanita Yang Utama di Mata Aisyah

Wanita Yang Utama Dimata Aisyah

Aisyah radiallahu anha sang Ummul mu’minin pernah ditanya tentang wanita yang paling utama. Dia menjawab, “Wanita yang tidak mengenal ucapan buruk, tidak mencari-cari jalan untuk menipu laki-laki, hatinya hanya terfokus pada dandanan untuk suaminya, dan senantiasa memelihara keluarganya.”

Wanita berakal yang menerapkan etika Islam tidak mengenal perkataan yang buruk dan lidah yang tajam. Wanita itu menjaga kesucian dalam berbahasa. Wanita yang jujur dalam berbicara. Wanita yang terpercaya dalam menjaga kehormatannya.

Disamping semua itu, dia mementingkan keindahan hanya untuk suaminya. Dia senang karena ada yang menerangkannya, sebagaimana dia senang karena ada yang menceritakannya.

Wanita ini menjaga kesucian dirinya dan memelihara suaminya, menghiasi kehidupan dengan akhlaknya, dan memperlakukan suaminya dengan baik.

Dalam pandangan Ummul mu’minin, wanita ideal adalah yang mengetahui hakikat posisinya, yang menjalankan berbagai beban fungsinya, dan yang ikut serta dalam memecahkan persoalan kehidupan bersama suaminya.

Pandangannya itu menegaskan, bahwa wanita harus tahu sesuatu apapun yang memang sudah menjadi kewajibannya, dan lebih mengutamakannya daripada sesuatu yang bukan menjadi tugasnya. Dalam hal ini, Aisyah mencontohkannya dengan keutamaan seorang istri yang membuatkan pakaian untuk suami dan anak-anaknya daripada memegang tombak dalam suatu medan jihad.

Wanita yang utama dalam pandangan Aisyah juga seorang yang memiliki ilmu dan pengetahuan. Penting bagi seorang wanita untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmulah mereka mengatur rumahnya, dengan ilmu pula mereka membesarkan anak-anaknya serta menjaga kehormatan suaminya.

Untuk yang satu ini juga, Aisyah tidak sekedar menganjurkan. Ia bahkan memberi contoh langsung bagaimana seorang wanita wajib memiliki ilmu pengetahuan. Az Zuhri memuji luasnya ilmu yang dimiliki istri Rasulullah yang paling dicintai itu dengan mengatakan, “Jika ilmu Aisyah dijumlahkan, ilmu istri-istri Nabi SAW yang lainnya disatukan, dan ilmu seluruh kaum wanita juga disatukan, niscaya ilmu Aisyahlah yang paling banyak.”

Wanita yang memiliki akal yang cerdas dan mata yang cermat. Seperti dalam satu riwayat, peristiwa sakitnya Rasulullah SAW memungkinkan Aisyah untuk memahami ilmu kedokteran, mengetahui obat-obatan, dan memahami cara-cara melakukan pengobatan melalui penjelasan yang dikemukakan orang lain.

Wanita yang utama dimata Aisyah juga yang fasih dalam berbicara dan bahasanya komunikatif. Sehingga jika berkata, perkataannya berkesan ditelinga orang. Jika bertutur, menyentuh hati dan tersimpan direlung kalbu.

Al Ahnaf bin Qais berkata, “Aku pernah mendengar khotbah yang disampaikan oleh Abu Bakar, Umar ibnul khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan para khalifah lainnya. Sampai hari ini, aku belum pernah mendengar tuturan dari lisan makhluk yang lebih indah dan bermakna selain dari mulut Aisyah.”

Musa bin Thalhah berkata, “Aku belum pernah melihat orang sebaik Aisyah dalam bertutur.”
Dan Muawiyah pun berkata, “Demi Allah, aku belum pernah melihat khatib yang paling komunikatif dan jelas bahasanya selain Aisyah r.a …”

Sehingga tidak berlebihan jika seorang penyair muslim Taufiq Ismail menggambarkan sosok wanita modern bernama Aisyah yang dengan begitu indah dilantunkan oleh grup musik Bimbo.

... Aisyah adinda kita, memakai jilbab menutup rambutnya, busana muslimah amat pantasnya. Aisyah adinda kita, tidak banyak berkata. Aisyah adinda kita, dia memberi contoh saja. Ada sepuluh Aisyah, Berbusana muslimah. Ada seratus Aisyah, Aisyah adinda kita. Ada seribu Aisyah, Berbusana muslimah. Ada sejuta Aisyah, Aisyah adinda kita (bay/merujuk “Tokoh yang diabadikan didalam Al Qur’an” Abdurrahman Umairah)